Senin, 19 Agustus 2013

Faktor Psikologi Belajar


Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti dalam pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, sikap, persepsi kebiasaan dan tingkah laku afektif lainnya sebagai hasil dalam pengalaman. Belajar dipengaruhi oleh foktor psikologis. Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kelelahan.

1) Inteligensi
Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat inteligensi yang rendah. Walaupun begitu siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi belum pasti berhasil dalam belajarnya. Hal ini disebabkan karena belajar adalah suatu proses yang kompleks dengan banyak faktor yang mempengaruhinya, sedangkan inteligensi adalah salah satu faktor diantara faktor yang lain. Jika faktor lain itu bersifat menghambat/berpengaruh negatif terhadap belajar, akhirnya siswa gagal dalam belajarnya. Siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang normal dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya, jika ia belajar dengan baik, artinya belajar dengan menerapkan metode belajar yang efisien dan faktor-faktor yang mempengaruhi belajarnya (faktor jasmaniah, psikologi, keluarga, sekolah, masyarakat) memberi pengaruh yang positif. Jika siswa memiliki inteligensi yang rendah, ia perlu mendapat pendidikan di lembaga pendidikan khusus.

2) Perhatian
Untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajarannya tidak menjadi perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehimgga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajarannya itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

3) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajarannya itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapatlah diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

4) Bakat
Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu. Adalah penting untuk mengetahui bakat siswa dan menempatkan siswa belajar di sekolah yang sesuai dengan bakatnya.

5) Motivasi
Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motivasi untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/ menunjang belajar. Menurut Syah (2006: 151), motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik dan 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.
Adapun motivasi ekstinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru, dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar. Kekurangan atau ketiadaan motivasi baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam melakukan proses mempelajari materi- materi pelajaran baik di sekolah maupun di rumah.

6) Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat dan tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain anak yang sudah siap (matang) belum dapat melaksanakan kecakapannya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap (matang). Jadi kemajuan baru untuk memiliki kecakapan itu tergantung dari kematangan dan belajar.

7) Kesiapan
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

Minggu, 18 Agustus 2013

Permainan Sepakbola



Sepakbola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua regu yang masing-masing regu beranggotakan 11 (sebelas) orang pemain dan salah satunya adalah seorang penjaga gawang. Masing-masing tim mempertahankan sebuah gawang dan mencoba memasukkan bola ke gawang lawan (Sarumpaet, 1992: 5). Sepak bola merupakan permainan yang memakan waktu selama 2 x 45 menit. Selama waktu satu setengah jam itu, pemain dituntut untuk seanantiasa bergerak dan bukan hanya sekedar bergerak, namun dalam bergerak tersebut masih melakukan berbagai gerak fisik lainnya seperti berlari sambil menggiring bola, berlari kemudian harus berhenti tiba–tiba, berlari sambil berbelok 90 derajat, bahkan terkadang 180 derajat. Melompat, meluncur, beradu badan, bahkan terkadang berlanggar dengan pemain lawan dalam kecepatan yang tinggi.

Permainan sepakbola sendiri merupakan cabang olahraga yang menuntut banyak kreatifitas tehnik serta menuntut keberanian berbuat dan kepercayaan diri seorang pemain. Dalam hal ini penguasaan tehnik dasar serta kemampuan menerapkannya dalam permainan yang lebih diutamakan. Semakin sempurna tehnik dasar seorang, maka dia semakin dapat mengatasi persoalan yang terjadi di lapangan, seperti menghindari serangan lawan. Lebih penting lagi pemain dapat mengangkat kwalitas tim (Syafi’i, 1996: 23).

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang bersifat permainan yang menuntut penguasaan beberapa unsur penunjangnya. Unsur-unsur tersebut adalah unsur teknik, fisik, taktik dan mental yang baik. Tentang pentingnya unsur tersebut, Luxbacher (1997: 1) mengemukakan bahwa gerakan pemain yang lancar dan terkontrol mengekspresikan individualitasnya dalam permainan beregu. Kecepatan, kekuatan, stamina, keterampilan dan pengetahuan mengenai taktik, semuanya merupakan aspek yang penting dari penampilan. Berbagai tantangan yang dihadapi oleh pemain mungkin menjadi daya tarik utama dalam permainan ini. 

Untuk menghasilkan seni bermain sepakbola yang tinggi (Perfect Football) pemain dituntut untuk menguasai keterampilan dalam bermain sepakbola yang pada dasarnya dapat dibagi atas :
1. Teknik tanpa bola yaitu keterampilan melakukan gerakan-gerakan tanpa bola baik dalam bentuk lari, lompat, gerak tipu dan lain sebagainya dengan tujuan untuk membuka pertahanan lawan atau memberi kesempatan teman satu tim melakukan aksi perorangan dalam upaya mencetak gol.
2. Teknik dengan bola yaitu keterampilan melakukan aksi dengan bola, misalnya : menendang, menghentikan, menggiring, menyundul bola, menipu lawan atau merampas bola dari kaki lawan yang kesemuanya dilakukan dengan kecepatan tinggi. (Muchtar, 1992: 64)

Oleh karena itu permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menekankan pentingnya kerjasama regu (team work) maka kelihatan seolah olah tehnik dasar tersebut tidak atau kurang nampak, misalnya suatu tim yang memperagakan permainan sekali sentuh (one touch play) dengan tempo tinggi.

Disamping teknik-teknik dasar tersebut di atas, terdapat beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan dalam permainan sepakbola yaitu taktik, fisik, dan mental. Menurut Muchtar (1992: 79), taktik atau strategi dalam sepakbola adalah cara penempatan/posisi setiap pemain, ruang gerak serta pembagian tugas dari setiap pemain, baik pada saat menyerang maupun bertahan.

Taktik yang dipakai oleh sebuah tim selalu berubah, tergantung dari kondisi yang terjadi selama permainan berlangsung. Pada intinya ada dua taktik yang digunakan yaitu taktik penyerangan dan taktik pertahanan. Dari beberapa pendapat di atas dikatakan bahwa keterampilan sepakbola adalah suatu kecakapan untuk melakukan gerakan-gerakan dalam sepakbola yang terdiri dari kombinasi tehnik dan fisik serta ditunjang taktik dan motivasi melakukan gerakan. Maka dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa unsur fisik, teknik, taktik dan mental yang harus dimiliki oleh atlet sepakbola. Unsur taktik dan mental juara lebih banyak ditentukan peran seorang pelatih.

Setelah dijelaskan bahwa keterampilan erat kaitannya dengan tingkat kecakapan dan kemahiran khususnya sepakbola, maka perlu ada semacam tes untuk mengukur tingkat keterampilan tersebut. Sehubungan dengan ini, Nurhasan menyebutkan bahwa : tes keterampilan cabang olahraga sepakbola merupakan suatu tes yang akan mengukur keterampilan pada siswa dalam cabang olahraga (Nurhasan, 2005: 3).

Senin, 12 Agustus 2013

Hakekat Mahasiswa


Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat.
Mahasiswa menurut Knopfemacher adalah merupakan insan-insan calon sarjana yang dalam keterlibatannya dengan perguruan tinggi (yang makin menyatu dengan masyarakat), dididik dan diharapkan menjadi calon-calon intelektual. 
Dalam peraturan pemerintah RI No.60 tahun 1999 mahasiswa diartikan sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Selanjutnya menurut Sarwono (1978) mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.

Dari pendapat di atas bisa dijelaskan bahwa mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan menjadi calon-calon intelektual dengan mempunyai gerak dan pemikiran yang rasional.